EMERALD STORY (Awal Dari Segalanya)

Di sebuah desa bernama Cilebak, Bandung. Ada anak yang bernama Anggia Hanafi Pratama murid SD kelas 2B di SDN Rancamanyar 2 memulai kehidupannya.
“Anggi! Bangun! Sekolah!” ibuku berteriak
“Huh…!? Ya.” sahutku tetapi aku kembali tidur.
“Anggi Bangun…!!!” kembali berteriak
“Ya…!!” Aku terbangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu aku sarapan dan pergi sekolah dan sesampainya di sekolah aku langsung masuk ke kelas sampai bel masuk dan guru pun datang.
“Pagi anak-anak.” Sambil duduk.
“Pagi ibu guru.” Semua murid menyapanya.
“Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Dia murid pindahan. Nah, ayo masuk.” sambil menyuruh masuk murid barunya. “Ini dia murid barunya…! Sekarang perkenalkan dirimu.”
“Perkenalkan… namaku Miguerra Ayu Sheilvani, panggilanku Ayu… salam kenal ya.”
(Bersiul) “cantik…!” kata Asep yang merupakan murid kelas.
“Asep…! Jangan nakal…! Nah Ayu, sekarang kamu duduk.”
“Terima kasih, bu guru.” Kata Ayu
“KM, siapkan.” Kata bu guru kepada KM kelas.
“Duduk Siap…! Berdoa Mulai…!” memulai berdoa “Selesai…! Memberi Salam…!”
“Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatu.” Dengan serentak semua murid.
“Wassalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatu. Sekarang Buka Halaman 43.”
Setelah itu mereka mulai belajar, murid Baru bernama Ayu yang datang ke kelas 2B pun mulai belajar seperti biasa.
Bel istirahat pun berbunyi.
“Istirahat…!!” salah seorang murid berkata.
“Baik anak-anak, istirahat dulu, nanti lanjutkan setelah istirahat.” Kata bu guru sambil meninggalkan kelas.
Semua murid pergi jajan. Termasuk murid baru yang berencana ingin pergi jajan.
“Kantin dimana ya..?” kata Ayu di dalam hati. “Huh…? Anak itu… apa dia tidak jajan…?” dalam hatinya sambil melihat seorang siswa yang hanya duduk dan menulis sesutau di kelas. “Sudahlah, buat apa aku memikirkan dia. Lebih baik aku cari kantin.” Sambil pergi keluar kelas.
Sepulang Dari Kantin, Ayu kembali ke kelas dan memakan jajanan yang dibelinya di kantin.
“Enaknya jajanan di sini. Huh…?” sambil melihat seorang siswa yang tadi dia lihat. ” Anak itu masih disini…? Aku jadi penasaran apa yang dia lakukan.” Di dalam hatinya sambil mendekati siswa itu. “Hei, apa yang sedang kau lakukan…?” bertanya kepada siswa itu.
“Uh..? Tidak kok, aku sedang tidak melakukan apa-apa!” kataku.
“Kau bohong, dari tadi kau serius mengerjakan sesuatu.” Katanya padaku. “Coba Lihat…!” sambil mengambil bukuku.
“Hei, tunggu dulu…!” kataku dengan tangan ingin mengambil kembali bukuku.
“Huh, Apa ini…? Diary kah…?” katanya sambil bingung.
“Itu Cerita…!” kataku.
“Benarkah…? Hmm, Tulisanmu tidak terbaca.” katanya tanpa ragu.
“Sudah kuduga kau akan mengatakan itu.” Kataku dengan wajah sedikit depresi.
“Bagaimana orang bisa membaca ceritamu kalau tulisanmu tidak terbaca…?”
“Biar saja, lagipula aku menulis itu hanya untuk diriku sendiri.”
“Begitu ya.”
Lalu bel masuk berbunyi.
“Kembalikan…!” kataku sambil mengambil bukuku yang dipegangnya.
Semua Murid Kembali Belajar Dan Berakhir Saat Bel Pulang Dibunyikan.
“Sekarang kalian boleh pulang, bagi yang piket… piket dahulu.” Katanya kepada yang piket.
“Sial, aku piket sekarang.” Kataku sambil menghela nafas.
“Kalau begitu ibu keluar.”
Setelah para murid dan ibu guru keluar dari kelas dan hanya tinggal murid yang piket.
“Nggi, nih bersihin yang rapih ya…!” kata Asep padaku.
“Tapi kan kamu juga piket.”
“Males, saya lagi capek…!” katanya lalu pergi pulang.
“Hugh.” Dengan kesalnya diriku, aku kembali menyapu sisa-sisa yang sudah belum disapu oleh murid piket yang lain.
Sementara itu saat Aku piket.
“Papa lama sekali…!” kata ayu sambil menunggu papanya di depan gerbang.
“Hei, piket yang benar…!” teriak kakak kelas sambil mendorong salah seorang murid dan langsung pergi.
“Huh…? Kejam sekali dia. Uh…? Itu kan kelasku.” Kata Ayu sambil menghampiri murid itu.
“Aduh…! Sakit…!” kataku sambil membersihkan lukaku di sikut.
“Huh, kamu.” Ayu langsung membantuku berdiri. “Kamu tidak apa-apa…?” katanya padaku.
“Ya, aku tidak apa-apa.” Kataku sambil menutupi lukaku.
“Bohong…! Darahmu menetes, lebih baik ke UKS saja, ayo.”
“Apa..? tidak usah.”
“Ayo kubantu kau berjalan ke UKS…!” Sambil menarik tanganku.
“Hei…” Ditariknya aku olehnya.
“Hmmm, UKS dimana…?” katanya sambil kebingungan.
“Disini tidak ada UKS,” kataku.
“Hee…?” terdiam dan terkejut.
“Sudahlah… aku tidak apa-apa kok…!” kataku.
Tiba tiba ayah Ayu memanggilnya untuk pulang.
“Ayu… ayo pulang…!”
“Kau yakin tidak apa-apa..?” katanya dengan perasaan cemas.
“Ya.” Dengan percaya diri aku mengatakannya.
“Kalau begitu aku pulang ya.”
“Silakan.”
“Hmm, kita belum kenalan. Namaku Miguerra Ayu Sheilvani, panggilanku Ayu.”
“Namaku Anggia Hanafi Pratama, Panggilanku Anggi. Senang bertemu denganmu.”
(tertawa) “Namamu seperti perepuan ya.”
“Sudah Diam.”
“Kalau begitu, Dadah… sampai bertemu besok lagi.”
“Dadah.”
Mereka berdua pulang ke rumah masing-masing dan menunggu hari esok tiba untuk bertemu kembali.
Cerpen Karangan: Mago Hanafi

Comments