TEROR HANTU PENGHUNI GEDUNG PENINGGALAN BELANDA

Sekilas, sama sekali tak ada kesan angker pada gedung ini. Terlebih setelah dilakukan rehab dengan dipoles cat tembok warna kuning bergaris pink, terlihat dari luar sangatlah cerah.Apalagi gedung yang kini digunakan sebagai kantor pengawas Bank Perkreditan Rakyat milik Pemerintah Kabupaten lndramayu itu, lokasinya diapit gedung kantor PT. Pos Indonesia dengan gedung kantor Gapensi. Sedangkan di seberangnya, terdapat pusat kuliner yang terkenal dengan sebutan kawasan Band (Bantaran Cimanuk). Meskipun berada di pusat kota, namun dalam hal keangkerannya, tak kalah dengan gedung tua yang ada di luar kota. Hasil penelusuran gedung tersebut dibangun sekitar abad ke-19, persisnya semasa Indonesia masih diduduki kolonial Belanda.    cerita misteri


Dikatakan staf BPR, Dadang, akibat terlalu angker, jarang ada orang yang mampu bertahan menempati gedung megah bercorak klasik tersebut. Paling lama, mereka hanya mampu bertahan dua bulan. Tetapi rata-rata, satu bulan bahkan ada di antaranya hanya bertahan dua hari saja.Anehnya, mereka terkesan enggan bercerita kepada orang lain, dan tampak jelas, ada aroma ketakutan pada wajah dan tatapan matanya. Seakan ada sesuatu yang mengancam mereka supaya tidak bercerita kepada orang lain. Hal itulah yang menyulitkan pengumpulan informasi, terkait peristiwa apa saja yang dialami penghuni gedung tua itu.

Berkat kegigihan tak kenal putus asa, setelah gagal mengorek informasi dari sejumlah warga yang pernah menghuni gedung tersebut, ternyata masih ada beberapa orang yang berani bercerita, seputar peristiwa mistis yang dialami, sehingga mereka sepakat untuk angkat koper dari dalam gedung angker.Dituturkan wawan, 42 tahun, dia menempati gedung tersebut atas seizin seorang kerabatnya yang bekerja di kantor Kecamatan lndramayu.misteri dunia

“Karena tanpa dipungut uang sewa, aku dan istri beserta kedua anakku penuh suka cita, pindah dari rumah kontrakan ke rumah tua namun megah itu,” Wawan memulai kisahnya dengan ekspresi lumayan tegang.Bahkan pria buruh serabutan itu, mengaku seperti mimpi, manakala menempati gedung sangat megah serta klasik. Sepanjang hidupnya, baru kali ini tinggal di rumah sangat megah layaknya rumah dinas pejabat tinggi. Sepanjang bari, Wawan terus mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya.

Tak banyak yang harus dibenahi, dia hanya mengganti daun jendela yang ada di bagian belakang. Hanya melepaskan engsel yang sudah rusak itu, lalu diganti dengan engsel yang masih baru. Selain engsel daun jendela, seluruhnya dalam kondisi bagus. Hal itu, tentu saja sangat menggembirakan, sebab Wawan tak perlu keluar uang banyak. Apalagi, uang tunai yang dia miliki tidak mungkin untuk melakukan rehab besar.

Keesokan harinya, Wawan bertugas menjaga dua anaknya yang usianya baru 12 tahun dan 5 tahun di rumah. Sedangkan istrinya, Rosniah, 40 tahun, sejak pagi berangkat ke pasar Caplek untuk belanja kebutuhan dapur. Saat itulah Wawan beberapa kali dibuat heran, terutama terhadap putra bungsunya, Alip yang tahun depan akan masuk sekolah TK.Agar tidak suntuk, Wawan berinisiatif mengajak putra sulungnya, Nanto, untuk memindahkan perangkat meubeler milik penghuni sebelumnya yang ditinggal begitu saja. Perangkat meubeler itu ditumpuk di kamar belakang. Meski melelahkan, Wawan dibantu Nanto bergotong-royong memindahkan meja kursi kayu itu dari kamar belakang ke ruang tamu.

Wawan dan putra sulungnya berada di ruang tamu, menata kursi kayu yang sebelumnya ditumpuk di kamar belakang. Lantaran belum punya dana untuk membeli sofa yang baru, Wawan terpaksa memanfaatkan kursi lapuk, milik penghuni sebelum dia datang dan kini sudah meninggalkan gedung tersebut entah dengan alasan apa.

“Sebelum menata kursi dan meja di ruang tamu, Alip sedang tidur di kamar belakang,” tutur Wawan.Wawan dan anak sulungnya, terus kerja keras bahu membahu. Akibat udara mulai sumuk/gerah karena musim kemarau, tak dapat dicegah keringat membasahi kaos singlet yang dikenakannya. Begitu juga baju anak sulungnya, yang juga ikut gotong meja dan kursi bersama sang ayah. Kerja keras itupun baru kelar bertepatan dengan tibanya Rosniah, yang membawa belanjaan kebutuhan dapur menggunakan jasa ojek becak.

Di saat Wawan dan Nanto sedang duduk di kursi kayu, dari arah kamar dapur terdengar jeritan histeris. Tak perlu tebak-tebakan, Wawan langsung mengenali suara jeritan itu, tak lain suara Rosniah. Untuk mengetahui penyebab istrinya menjerit, Wawan diikuti anaknya bergegas mengejar ke kamar dapur.wawan mengejar ke kamat dapur, namun kosong. Karena kosong, lalu diapun mengejar ke kamar tidur. Di kamar tidur, Wawan mendapatkan istrinya sedang menggapai-gapai rongga plafon menuju para-para kamar tidur. Wawan penasaran, tennyata anak bungsunya tak ada di atas ranjang kayu. Dia terkejut manakala mendengan ratap tangis anaknya dari rongga plafon.

Setelah hilang rasa takjubnya, Wawan bergegas berlari ke belakang rumah, seperti mendapatkan tenaga gaib, Wawan memanggul tangga monyet terbuat dari batang besi. Tangga monyet langsung dipasang di bawah rongga plafon. Dia sendiri Iangsung menaiki tangga dan memasuki rongga plafon yang ukurannya hanya muat buat satu orang.Di atas para-para, setelah ditengok ke berbagai arah sambil melebarkan mata, Wawan melihat anak bungsunya tengah meringkuk sambil menangis di pojok para-para.

Dengan susah payah, Wawan memapah anaknya, menuruni para-para melalui rongga plafon. Beruntung, di bawahnya sudah ada seorang pria yang siaga menerima tubuh anak bungsunya. Setelah anaknya berhasil diturunkan, disusul Wawan yang bergelantungan mencari pijakan tangga monyet.Wawan mengucapkan terima kasih kepada tetangga yang belum dikenalnya itu. Ternyata, Darno pemilik warung nasi rames di kawasan Bantaran Cimanuk. Darno ikut membantu, atas permintaan Rosniah yang sangat panik, setelah Wawan memasuki para-para.

Setelah Darno pamit ke kios warungnya, Rosniah Iangsung mendamprat suaminya dengan nada sangat marah. Wanita berbadan kurus itu, menuding suaminya sengaja mengangkat tubuh anaknya dan dimasukkan ke atas para-para.Karuan saja Wawan terperangah. Mana mungkin dia melakukan tindakan berbahaya terhadap anaknya sendiri. Sedikit terbatabata, Wawan menjelaskan kalau selama dirinya dan Nanto menata meubeler di ruang tamu, anak bungsunya sedang tidur di atas ranjang.

“Bagaimana caranya saya memasukkan dia ke rongga plafon setinggi itu, sedangkan menggunakan tangga monyetpun sangat susah,” jawab Wawan.jawaban logis dari Wawan Iangsung direspon Rosniah dengan renungan panjang. Tak berapa lama, wanita tamatan SMP itupun menangis. Jika bukan dibantu ayahnya, mana mungkin anak bungsunya mampu naik ke atas plafon, dan naiknya menggunakan apa. Lebih mustahil lagi, kalau anaknya itu mampu melompat setinggi 2,5 meter tepat ke rongga plafon.

Atas kejadian irasional siang itu, Wawan dan istrinya merasa yakin, ada makhluk gaib di dalam bangunan megah itu. Ya, suami istri itupun sudah mantap, tidak mungkin melanjutkan tinggal di tempat sangat angker. Sehingga, tanpa basa-basi, Wawan mengabarkan kepada familinya di Kantor Kecamatan Indramayu, kalau dia sepakat meninggalkan gedung yang baru dua hari ditempati.

Familinya paham atas alasan Wawan. Sehingga, dengan tatapan agak kecewa, pria muda berbadan tegap itupun, membiarkan Wawan mengemasi seluruh barang-barang miliknya, meninggalkan gedung di seberang kawasan Bantaran Cimanuk, menuju rumah kontrakannya yang belum selesai masa kontraknya. Setelah satu bulan menyelesaikan masa kontraknya, Wawan sepakat pulang kampung di Sumedang, numpang di rumah orangtuanya merangkap kedai tahu.

Itu baru satu peristiwa irasional, yang menimpa keluarga penghuni gedung peninggalan Belanda di Paoman Indramayu. Berikutnya, ada peristiwa sangat memilukan, yang dialami penghuni gedung peninggalan Belanda itu. Dituturkan Yani, yang baru menikah dengan bandar beras asal Widasari. Sebelum menikah dengan Daryono, 24 tahun, perempuan berbadan bohay itu menyandang status janda beranak satu. Wanita berusia 22 tahun itu, terpaksa menjanda setelah suaminya meninggal akibat kecelakaan di Tol Cipali awal Ramadhan 2016 silam.

Setelah menikah, Yani mengajak suami barunya itu untuk tinggal di gedung tua, atas rekomondasi pamannya yang bekerja di Dinas Pemuda dan Olahraga. Yani diberi kebebasan menempati gedung megah itu secara gratis, sampai ada instruksi dan instansi terkait yang akan menggunakan gedung tersebut untuk kepentingan kedinasan. Sebagai bandar beras yang berpartner dengan pemilik huller di Widasari, memaksa Daryono berangkat kerja sebelum jam 7 pagi, tentu saja untuk keliling kampung mencari gabah dari para petani. Peristiwa memilukan terjadi pada pekan ketiga. Di mana siang itu, Yani sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan menu makan siang. Sedangkan suaminya, sejak dua jam lalu sudah pamit berangkat ke wilayah Lelea untuk negosiasi harga gabah dan seorang juragan sawah.

Bertepatan dengan memutar badan untuk mengambil sayur dari dalam lemari es, wanita berparas cukup cantik itu terlonjak kaget. Rupanya sejak tadi, dia sedang diperhatikan suaminya. Daryono berdiri menyandar pada kusen pintu dapur. Setelah sirna dari rasa kagetnya, buru-buru Yani melempar senyum ke arah suaminya seraya melontarkan pertanyaan ringan.

“Biasanya sampai sore, kok masih siang sudah pulang, Kang? Jadi tidak ke Leleanya?” tanya Yani mendadak gugup.
“Nanti saja ke Leleanya. Aku pulang... karena sudah tak tahan,” jawab Daryono.

Usai menjawab, laki-laki gagah itu melangkah tegap menghampiri istrinya. Yani membalas pelukan Daryono dengan gerakan manja. Telapak tangannya didaratkan ke pundak suaminya. Sejenak keningnya berkerut. Ada yang aneh, di luar hujan belum reda, tetapi kenapa kain baju suaminya masih kering.

Buru-buru ditepiskan keherenan itu, dia mengayun Iangkah mengikuti suaminya menuju peraduan. Sejenak dia tengok ke serambi, terlihat Dinda yang baru berusia 2 tahun itu sedang dimomong lnah, istri tetangganya yang biasa mampir, hanya untuk bercanda dengan bocah imut menggemaskan itu.Tidak seperti biasanya, kali ini Yani nyanis dibuat pingsan, selama melayani nafsu birahi suaminya. Selain ganas, setelah Iebih dari satu jam, suaminya baru bisa keluar. Bertepatan dengan usainya pertarungan birahi, hidung Yani mencium bau sangit, hingga dia bergegas meninggalkan ranjang menuju kamar dapur.

Dia dibuat geram, manakala mendapati bumbu lodehnya sudah kering, dengan asap menggumpal kehitaman. Sambil menggerutu, terpaksa Yani memasak lagi sayur lodehnya, sebelum mandi besar.Menjelang Maghrib, sepeda motor suaminya memasuki teras rumah. Daryono segera masuk ka dapur, berburu makan sore. Rupanya lambung bandar beras itu benar-benar kandas. Usai menyantap habis nasi dan sayur Iodeh, Daryono lalu bergegas memasuki ruang tamu. Di serambi, dia berpapasan dengan istrinya yang tampak cerah.

“Untung aku datangnya pagi-pagi, telat sedikit saja, pasti sudah disabet orang lain. Juragan itu butuh uang banyak, untuk menerbangkan anaknya ke Korea, sehingga seluruh hasil panennya dia jual,” celoteh Daryono di depan istrinya.Yani balas memuji keberhasilan suaminya dengan kening berkerut. Dia pantas bingung mendengar celoteh suaminya. Bagaimana bisa ngomong pagi-pagi, sementara jam 11-an, suaminya baru berangkat lagi mencari obyekan gabah, seusai berhubungan intim. Apakah dia salah ngomong, ataukah sekedar melampiaskan rasa bangganya, atas perolehan gabah yang sangat banyak itu.


Keanehan demi keanehan terus mengisi ruang pikiran Yani. Terutama kebiasaan suaminya, yang berangkat pagi buta dan pulang lagi jam 8 atau jam 9 pagi, hanya untuk berhubungan badan, lalu berangkat lagi ngobyek gabah ke luar kecamatan.Malamnya, serangan kantuk sulit ditepiskan, membuat musnahnya hasrat terhadap sentuhan jemari Daryono serta bisikan lembut pada kupingnya. Untungnya, sang suami mau berlapang dada atas penolakan Yani yang memang mengantuk berat di balik selimut.

Seperti biasanya, jam 7 pagi Daryono pamit berangkat mencari gabah, tetapi satu jam berikutnya sudah muncul lagi, tentu saja dengan tatapan penuh birahi. Kali ini, Yani menegur suaminya yang doyan menyusup ke dapur saat dirinya memulai masak. Tak ada jawaban selain rengkuhan hangat. Jika sudah direngkuh seperti itu, hasrat kewanitaannya langsung terpancing, dan tanpa banyak pertanyaan lagi, Iangsung mengikuti Iangkah suaminya menuju peraduan.

Percumbuan pun kian memanas. Pakaian masing-masing tercecer di lantai kolong ranjang. Di balik selimut, keduanya disibukkan aktivitas birahi yang menggelora. Detik-detik berikutnya, hanya ada erangan dan rintihan keluar dan celah bibir Yani ketika orang yang dicintainya tengah mengayuh kenikmatan.

Setengah jam berlalu begitu cepat dan selimut sudah melorot ke lantai. Kini keduanya mengayuh kenikmatan tanpa penutup apapun. Sebelum puncak birahi berhasil dicapai, daun pintu didobrak dari luar, disusul cairan bening mengguyur punggung Daryono dan sebagian membasahi dada Yani. Dalam hitungan detik, setelah diguyur air bening, Yani merasakan ketakutan luar biasa. Laki-laki yang ada di atas tubuhnya, menggeram sangar serta tubuh yang menindihnya terasa bertambah berat.

Sebelum sadar apa yang terjadi, lengannya dibetot sangat kuat hingga tubuhnya terseret ke atas Iantai. Secara reflek, buru-buru disambarnya kain selimut untuk membungkus tubuh polosnya. Penuh kasih, Daryono merengkuh tubuh istrinya.Di sampingnya, tampak Ustadz Wajid terus menerus membacakan ayat suci dengan ritme sangat cepat. Sementara di atas ranjang, yang ada bukan Daryono melainkan sosok bugil sangat mengerikan. Beberapa detik berikutnya, sosok tinggi besar penuh bulu mirip kingkong itupun berangsur-angsur bias lalu lenyap dari pandangan semua orang.

“Astaghfirullah, tadi itu jin kafir dari bangsa genderuwo,” ucap Ustadz Wajid tercenung.

Saat itu juga, ulama jebolan Pesantren Kempek Cirebon memungut botol minuman mineral. Sambil melepas tutupnya, pria itu komat-kamit membacakan sesuatu, lalu ditiupkan ke dalam lubang botol plastik di tangan kirinya. Botol itupun disodorkan ke arah Daryono agar diminumkan kepada istrinya.
“Air ml diminumkan sama istriku, Pak Ustadz?” tanya Daryono.
“Ya, mantra dalam air itu In Syaa Allah akan membersihkan kotoran makhluk gaib tadi dan dalam tubuh istrimu,” jawab Ustadz Wajid.
Sulit dipercaya, baru meneguk air mineral setengah botol, Yani merasakan aliran darahnya seperti mendidih. Bahkan dia merasakan sakit bukan kepalang saat sesuatu keluar dari alat vitalnya, sesuatu yang tak dapat dilihat, namun hanya dapat dirasakan. Pasti, itulah yang disebut Ustadz Wajid sebagai kotoran makhluk gaib.

Dua jam berikutnya, Ustadz Wajid minta izin mengadakan penelusuran telepati di setiap kamar dalam gedung megah itu. Sedangkan Yani yang masih shock terus meratap pilu, menyadari dirinya sudah berkali-kali diintimi makhluk gaib yang menyamar sosok suaminya.Agar tidak berkepanjangan, Daryono terus membujuk dengan kata-kata yang sangat bijak. Pria itu tidak akan marah, biarpun istrinya sudah ternoda, mengingat perbuatan itu bukan atas dasar kemauan istrinya melainkan terjadi lewat tipu daya. Untungnya, siang itu Dinda diajak Inah ke Desa Singaraja menghadiri undangan hajatan keluarganya di sana.

“Kang Yono janji tidak akan menceraikan aku?” Cetus Yani.
“Ya, aku janji,” jawab Daryono. Setelah mendapatkan kepastian, Yani baru lega dan menghentikan ratap tangisnya.Bersama itu pula muncul Ustadz Wajid. Apa yang disampaikan ulama itu nyaris membuat jantung suami-istri itu berhenti berdetak. Hasil penelusuran batin, Ustadz Wajid mendapatkan kenyataan teramat mengerikan, betapa tidak, gedung megah itu terisi penuh koloni jin kafir. Mereka berkarakter jahat dan sudah menghuni di setiap kamar.

“Lalu apa yang harus kami lakukan, Pak?”
tanya Daryono.
Dengan berat hati, Ustadz Wajid menyarankan, agar Daryono meninggalkan rumah tersebut. Sebab apabila bertahan, bukan mustahil kejadian serupa akan menimpa istrinya, mengingat di dalam raga perempuan itu sudah tertanam benih genderuwo. Bahkan lebih gawatnya lagi, apabila makhluk lainnya akan menjahili anak tunggalnya yang masih polos itu.Tanpa banyak pertimbangan, Daryono dan istrinya sepakat meninggalkan gedung angker itu untuk selamanya. Daryono memutuskan untuk numpang tinggal di rumah kerabatnya di Widasari demi melanjutkan profesinya sebagai bandar beras.

Comments