PEMALAS PENGUBAH DUNIA

“Far, tolong belikan gula di warung” kata ibu, “iya bu, sebentar lagi ya”. Iya, begitulah kebiasaan siswa kelas 8 SMP yang bernama Ifar Madi ini, jika dia diperintah oleh orang tuanya untuk membeli suatu barang di warung, ataupun mengerjakan sesuatu seperti mencuci peralatan makan dan menyapu rumah. Alasannyapun sangat mudah, yaitu malas. Tapi Ifar tidak langsung berkata malas, tetapi dia memberikan segudang alasan yang menggambarkan kemalasannya tersebut. Tetapi tidak seperti yang orang katakana pada umumnya, jika orang malas itu pasti tidak mengerti pelajaran atau lebih tepatnya bodoh, tetapi sebaliknya dengan Ifar, bisa dibilang dia termasuk siswa yang pandai di kelasnya, walaupun tidak pernah belajar, belajarpun kalau ada pr dari guru, ataupun waktu ada bimbingan belajar yang diikutinya.

Suatu hari disaat pelajaran bahasa Indonesia, guru Ifar memperintahkan setiap siswa di kelas tersebut untuk menceritakan biodata masing – masing di depan kelas. Tentu saja tidak lupa dengan cita – citanya. Sebelum gilirannya menceritakan biodata diri sendiri, dia terus berpikir apa sebenarnya cita – citanya. Sampai dia ingat bahwa dia mengikuti ekstrakulikuler karya ilmiah remaja atau disingkat KIR di sekolahnya yang khusus mempelajari tentang karya – karya tulis seperti esai dan cerita pendek (cerpen), dan Ifar pun juga ingat tentang keadaan dunia ini yang sekarang mungkin setengahnya sedang dilanda masalah perekonomian, banyak terjadi peperangan yang merenggut banyak nyawa manusia. Sehingga sewaktu namanya dipanggil oleh guru bahasa Indonesia, dia pun mengatakan cita – citanya dengan keras dan bersemangat, “cita – cita saya adalah mengubah dunia dengan karya – karya tulis yang akan saya buat.” Tentu saja hal tersebut membruat guru Ifar dan sebagian temannya terkejut, ada yang mengatakan “ tidak mungkin Far, kamu kan seorang pemalas.” Dan sebagian lagi berkata “wah hebat cita – citamu Far.” Terutama sahabat Ifar, yaitu Akbar. Dia yang sangat kagum terus menyemangati Ifar dalam perjalanan menggapai cita – citanya yang sangat mulia tersebut. Hingga sampai ada suatu kejadian dimana Ifar dan kedua orang tuannya bertengkar hebat yang menyebabkan Ifar kabur dari rumahnya.

Setelah Ifar kabur dari rumahnya, Ifar sadar bahwa ada banyak pengalaman baik ataupun pahit yang menunggu di luar sana, tapi dia bertekat bahwa dia tidak akan menyerah dan tidak akan pulang sebelum cita – citanya tersebut tercapai. Dengan berbekal sebuah  laptop dan handphone, dia memulai perjalanannya menggapai cita – citanya tersebut. Ifar membawa handphone bukan untuk mengabari keluarganya, tetapi untuk mengabari sahabat yang selalu menyemangatinya yaitu akbar. Di waktu luang petualangannya tersebut, dia tidak pernah lupa untuk menceritakan pengalaman – pengalaman yang didapat olehnya ke akbar yang sangat menkhawatirkan dirinya, akbarpun menyampaikan kabar yang didapatnya dari Ifar ke kedua orang tua Ifar yang sangat gelisah memikirkan anak mereka tersebut.

Di saat yang sama, Ifar yang sedang berada di sebuah rumah orang yang sudah ditolongnya mendapat pelajaran yang didapat dari penjual sapu yang sudah berumur 50 tahun yang masih berjualan sapu yang beratnya bukan main, Ifar pun bertanya pada penjual sapu tersebut “kenapa bapak menjual sapu disaat bapak menikmati masa tua ini?.“ penjual tersebut menjawab “bapak sudah tidak punya siapa – siapa lagi nak, istri bapak sudah meninggal 8 tahun yang lalu karena kecelakaan.” Ifar pun bertanya kembali ”tapi, apa bapak punya anak atau cucu mungkin?.” penjual tersebut menjawab “ punya nak, kakek punya 3 anak dan ketiganya sudah berkeluarga dan bertempat tinggal jauh dari sini.” mendengar cerita penjual sapu tersebut, Ifar jadi tersadar kesalahan yang sangat fatal yang di lakukannya, yaitu malas melakukan segala hal. Setelah dari rumah penjual sapu tersebut, Ifar melanjutkan perjalanannya sambil mulai membuat karya tulisnya yang dapat mengubah dunia, hingga pada suatu hari Ifar bertemu dengan Pak Dimas, seseorang yang mempunyai perusahaan penerbit yang cukup terkenal sampai ke manca negara. Pertemuan tersebut terjadi ketika Ifar menemukan sebuah dompet milik Pak Dimas dan mengembalikannya. Setelah Ifar menanyakan apa pekerjaan Pak Dimas yang berprofesi sebagai penerbit, Ifar menceritakan cita – citanya yang sangat mulia dan berharap Pak Dimas dapat membantu mewujudkan cita – citanya, setelah itu Pak Dimas bertanya pada Ifar “ apa kamu sudah membuat karya tulis mu yang pertama?.” Ifar pun menjawab “iya, saya membuatnya berdasarkan pengalaman saya sebelum bertemu anda pak.” Pak Dimas pun bertanya kembali “bolehkah saya melihatnya?.” Ifar menjawab “tentu saja, silahkan.” . Setelah melihat hasil karya Ifar yang sampai membuat Pak Dimas tidak dapat berkata – kata, hasil karya tersebut di cetak dan di terbitkan, awalnya hanya di 3 negara incaran Ifar, yaitu Indonesia, America, dan Jepang, setelah di tiga negara tersebut karya tulis Ifar diterima dengan baik oleh masyarakatnya, Pak Dimas pun mengirim karya tulis tersebut ke seluruh dunia yang membuat Ifar terkenal, karena berkat karya tulisnya tersebut, banyak peperangan yang dapat dicegahnya. Setelah kejadian itu, Ifar mengabari Akbar bahwa dia akan segera pulang, Akbar menyampaikan berita yang sangat gembira tersebut pada kedua orang tua Ifar, dan mereka pun sangat amat gembira mendengar berita tersebut, karena sudah 3 tahun tidak bertemu.

Sesampainya di rumah, dia disambut dengan sukacita­­ oleh keluargannya dan teman – temannya, terutama Akbar. Setelah 10 tahun Ifar dapat mencegah pertikaian antar negara dengan karya – karya tulisnya yang baru, ketika dia, dan kedua orang tuanya di panggil ke Jepang untuk menghadiri peluncuran karya tulisnya yang terbaru, Ifar mengalami kecelakaan saat ada di jepang yang membuatnya meninggal dunia dan meninggalkan duka terdalam bagi semua teman dan keluarganya, terutama kedua orang  tuanya dan Akbar. Ifar pun tercatat dalam sejarah internasional sebagai salah satu orang yang dapat memperbaki dunia ini.

Comments