CINTA DAN GENGSI


Cinta memang penuh misteri, tak bisa dimengerti, tak terduga dari mana datangnya, dari siapa, dan entah mengapa bisa berlabuh pada dua insan yang berlainan. Cinta yang berawal dari tatapan sekejap turun ke hati kemudian permanen enggan pergi. apalagi cinta dimasa putih biru, awal masa berkenalan dengan getar-getar asmara yang tak paham betul dengan maknanya. Ya, itulah masa SMP cintanya anak-anak yang beranjak remaja. Tentunya bukan cinta seriusan bukan pula cinta monyet seperti masa SD tepatnya cinta gorilla yang lebih dewasa dari monyet. ya itulah kisah ku dimasa putih biru yang lalu.

Namaku adalah Riri Azhari, siswi kelas IX di salah satu SMP yang bernama SMP Katresna Wanoja. Hobiku menulis puisi, kala kesedihan, kebahagiaan menerpa sedang aku tak sanggup ungkapkan hanya bisa kutuangkan dalam untaian-untaian kata yang sekilas tak bermakna namun di dalamnya terhimpun seluruh curahan dada hingga lambat laun kegiatan itu berubah jadi kebiasaanku setiap hari. Aku orangnya cuek, apa adanya, gak pintar-pintar amat sih tapi gak bodoh-bodoh amat juga, jadi kalo kata temen-temen tuh pinternya suka telat ya begitulah aku yang akrab disapa "Riri".

Aku punya temen sekelas cowok yang gak tau kenapa paling beda, namanya Habibi Ferdian Syamsir, dipanggilnya Habibi, Dia lumayan cakep lah, yang jadi ciri khasnya yaitu kulitnya yang sudah bak orang basteran Indonesia dan negeri seberang, padahal kedua orangtuanya asli dalam negeri, langka benar orang macam dia di negeri kita. Apa? Langka? macam satwa dilindungi saja ya. Hehe. Orangnya baik sih, aktif berolahraga, tapi sayang dia sedikit malas belajar gitu apalagi kerjain PR uuh, kadang nyebelin, sedikit genit, tapi perlu aku kasih tau yah dia kalem banget loh kalo deket aku, entah kenapa lah pokoknya sikapnya ke aku tuh beda sama sikap dia ke temen cewek lainnya, entah malu atau karena akunya cuek jadi dia sungkan kali yah. Ah sudahlah aku tak usah ambil pusing tentang itu anggap angin berlalu sajalah.

Suatu hari saat bel istirahat berbunyi temen cewekku nyamperin dan menyapaku
"hai ry", ucap Siska sambil menepuk bahu ku perlahan
"ehh ia sis, ada apa?"
"ini ada yang pengen no hp loe, gue kasih ya." ucap Siska sambil ngeluarin hp miliknya
"hm gimana ya" berpikir sejenak takutnya siapa gitu yang minta
"udahlah jangan banyak mikir cakep loh orangnya" sambil cungar cengir
Belum aja aku jawab ia dia udah pergi sambil teriak "gue kasih ajalah ke si habibi kelamaan sih loe mikirnya".
"apa? habibi? gak salah? si cowok yang genit, dan rada pemales itu, tidaaak" gerutuku dalam hati
Aku pun spontan tanpa basa basi lagi mengejar Siska dan aah "brakk" aku gak sengaja nabrak cowok yang lagi berdiri di dekat pintu, dan untunglah cowok itu dengan sigap menangkap badanku hingga berada di pelukannya, mata kami saling beradu pandang, sekejap ku tersadar "oh tidak!!! itu si cowok yang sok kalem di depanku dan aslinya genit itu habibi bener-bener hari itu hari yang menyebalkan bagiku, sudah kesal eh nabrak si habibi, trus diketawain temen-temen sekelas pula "ciee ciee", teriak mereka. panas rasanya kepalaku ini, sudah jatuh tertiban tangga pula. sialll!!! Semua ini gara-gara Siska.
Malam minggunya tiba-tiba hp ku berdering tanda pesan masuk, terlihat di layar pesan dari nomor tak bersubjek menyapa "hii" singkat gitu.
Pas aku baca bikin penasaran juga sih, disitulah aku tanya lah, "siapa?", tak lama dering yang sama berbunyi kembali "aku Ri, habibi, gak ganggu kan?". Sejenak aku tersontak kaku dan menggerutu what? Ini serius si habibi? Berarti omongan Siska tempo hari itu bukan main-main?", males, bete, kesel pokoknya apalagi kalo inget perkataan temen-temen yang konon katanya dia tuh suka deket sama banyak cewek, dia juga pernah selingkuh. hihh males banget sama cowok gitu.
Aku mengabaikannya terus dan terus, hp ku terus berdering dengan pesan masuk dari si Habibi, di antara pesan itu ada satu pesan dari Siska "Ri gimana ada sms dari no baru ke loe?", tanya Siska

"Ada sis, eh sih apa-apaan sih kamu ini kasih no aku ke si Habibi, males banget tau iih" gerutu ku.
"Hahaha.. ah loe sekarang aja ngomel nanti demen loe sama dia." Ejeknya
"Nih denger ya!, aku Riri Azhari gak akan pernah suka sama yang namanya 'Habibi Ferdian Syamsir' si cowok yang sok kegantengan itu! Titik!!!" Tegasku
"Ah lo Ri awas loh gue sumpahin nanti loe kemakan omongan lo sendiri haha.." tulah Siska,
"Gak mungkin, gak mau, dan gak akan pernah!!" Jelasku
"Ah udah lah kita liat aja nanti, awas yaah kalo nanti loe sampe jadian traktir gue haha, udah ah gue mau bobo cantik, daah Riri Ferdian...", tutup Siska.
"Siskaaa awas kamu ya besok!!"
Siska tak balas lagi malah ada ucapan dari si habibi "good night ry, mimpiin aku ya hehe.." isi pesannya.
"Ieewwhh genit banget nih cowok", gumamku dalam hati. +
Hari demi hari berlalu, minggu ke minggu hingga beberapa bulan kulewati, udah selama itu si habibi ini tetap saja terus suka kirim sms tiap pagi, pulang sekolah, malam jelang tidur, rasanya bosan dan risih tapi kasian juga sih dan akhirnya aku pun mulai jadi balas pesannya meski SPJ karena masih males.

Sering balas chat tiap malam sama dia, seru becanda bareng, dan makin lama makin nyaman rasanya sama dia, entah kenapa dan setan apa yang menggodaku hingga bisa senyaman itu sama dia padahal dulu kan aku begitu membencinya.

Suatu hari malah dia curhat tentang kisahnya yang kandas beberapa bulan lalu, dan kemudian menanyakan pasal kisah asmaraku "eh ngomong-ngomong gimana sama kisah kasih loe Ri?" Tanyanya.
"ah gak ah nanti baper he", singkat ku.
"Yah.. loe Ri gak asyik ah.", ketusnya.
"Hm ya udah deh bi gue ceritain, tapi jangan ngejek ya he"
"Iya gue janji Ri! Buruan ceritain penasaran niih"
"Aku sih udah lumayan lama ya gak pacaran sekitar 5 bulanan lah kira-kira, maklum lah cinta pertama sulit dilupa hehe", jelas ku padanya.
"Oooh.. jadi gitu gagal move on nih Ri ceritanya haha... baru tau aku"
"Ih tuh kaaan, ngejek kata nya udah janji tadi"
"Hhe iya maaf Riri gak ngejek kok, jangan marah, eh gue jadi penasaran deh gimana sih cowok yang bikin seorang Riri Azhari gak bisa move on itu, gue aja yang seganteng ini susah banget deketin kamu, he"
"Iih apaan sih kamu, kepedean banget uuh, jelas lah aku gak bisa move on dia tuh ganteng hatinya gak kaya kamu"
"Haha.. owh jadi gitu gampang lah tinggal gantengin hati doang mah ceteek"
"Haha.. dasar ya kamu bi, sumpah baru nemu cowok sepede kamu"
"eh gue gitu looh haha.. liat aja suatu saat loe bakal jatuh cinta ke gue"
"Yeyy kepedean, agresif banget sih"
"Biarin, yang penting gue bisa dapetin hatinya Riri Azhari hehe"
"Gak bakalah Habibi, dan gak akan pernah he"
"Ah liat aja waktu bakal jadi penentu, ha"
"Ah udah lah aku mau tidur, ngantuk tau"
"Ya udah sanah, awas ya kalo mimpiin gue loh Ri, haha"
"Gak bakalan Habibi enggak!"
"Haha.. ya udah lah cepet sanah tidur, nice dream"
Lama semakin lama, waktu kian berlalu, perhatiannya terasa berlebih, belakangan dan sepandai apapun aku memungkiri tetap tak bisa tutupi perasaan di hati. ya aku rasa mulai menyukainya. Oh tidaaaak, tapi iya, eh tidak, iyaaa aku betul menyukainya, ya tuhan mengapa aku termakan kata-kataku sendiri benar kata Siska "sekarang saja kau benci nanti beralih kisah kasih". aah tidak tidak, kuakui aku memang membencinya kala dulu tapi tidak akan beralih cinta. Cukup sampai titik suka ini. Aku menepis segala yang kurasa tapi hati dan lisan berlainan, makin hari semakin aku terlena perhatiannya, keseruannya.
Malah ia semakin menunjukan rasanya, di kelas, di lapangan dimanapun ada diriku pasti ada pula dirinya, kami sudah bagai benda dan bayangannya, tak terpisah kecuali di ruangan tak bercahaya. Lirikan mata, curi pandang disertai senyuman yang buat aku semakin salah tingkah. Tapi kurasa ia pun sama salah tingkahnya apalagi ketika kami beradu pandangan sepasang bola mata yang sejenak bertangkap kemudian saling membuang pandang, gemetar tangan, nada suara yang lewati kewajaran, kata teman yang berpengalaman mereka bilang itu cinta. Tapi aku masih tak percaya, dan tetap menampiknya, jujur aku itu bohong aku tutupi semua. hingga suatu masa yang tak pernah kuduga dia nyatakan perasaan itu dengan sedikit ragu, aku terpaku membisu tak dapat berucap kali itu, entah harus jawab apa, akhirnya ia pun mengirim pesan
"Ri kenapa sih kamu tadi pergi gitu aja"
"Bii sorry, bukan gak sopan tapi aku bingung harus jawab apa", balas ku.
"Ri bingung kenapa? Padahal kamu tau aku udah ngumpulin keberanian ku buat nyatain perasaanku", jelas habibi
"Ya, masih gak percaya plus gak nyangka aja, bi", balas ku.
"Riri Azhari gue sungguh-sungguh tau, gue suka loe, loe menarik perhatian gue, loe beda Ri"
Aku pun rasanya masih tak percaya, tapi membaca pesan nya terlihat beneran sih, jujur saat itu pun aku ingin mengatakan bahwa ku juga punya rasa yang sama, tapi ah tidak!! tidak!! jangan dulu percaya uji kesungguhannya. aku pun segera membalasnya
"hah? suka? Gak salah kamu bi, udah berapa banyak cewek sih yang kamu bilangin kaya gitu!"
"Riri loe pikir gue cowok apaan, mungkin dulu gue emang gak pernah seserius ini, tapi sungguh kali ini gue serius suka sama loe, mau gak jadi pacar ku Ri?" tanya habibi
"Buktinya apa coba, aku tak akan semudah itu percaya." kucoba tahan untuk jangan dulu berkata ia meski ingin.
"Jadi loe mau bukti? Oke besok gue buktiin, loe harus janji jawab sesuai perasaan loe ke gue!!" Terlihat kesal tapi mantap jawaban yang ia lontarkan. Kira-kira apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan naik ke tower gitu sambil tereak dia suka aku, ah tidak ku pikir dia tak segila itu, dari pada pikir panjang biarlah esok temui faktanya. +
Esok harinya bel istirahat telah berbunyi tiba-tiba habibi menghentikan teman-teman agar jangan dulu ke luar kelas satu orang pun, sembari berjalan keluar dan entah kemana perginya, banyak teman-teman yang menggerutu kesal karena ulah si habibi itu, "heh!! gue udah laper nih, ngapain sih loe ngelarang kita istirahat bi!!?", salah seorang berteriak. teman yang lain menimpali "sialan lo bi, ngapain sih aneh banget tingkah loe!!"

Tiba-tiba Habibi kembali ke kelas sambil menyembunyikan tangan kanan di belakang punggungnya dan menghampiri tempat dudukku sembari menahan nafas, dan basuhan keringat di dahinya, gemetar tangan perlahan ia menyodorkan setangkai bunga mawar merah ke hadapanku sambil berlutut, "Ri ini bukti kesungguhan gue ke loe, gak pernah gue senekad nekad ini ngungkapin perasaan ke cewek", ucapnya.
"Bi kamu apa-apaan sih, malu tau diliat temen-temen gini", jawabku menahan malu karena semua mata tertuju padaku.
"Bukan nya ini yang kamu inginkan Ri, kamu minta bukti perasaanku", timpal habibi menegaskan, sementara aku hanya terpaku dan membisu.
"Ri gue suka loe bahkan gue jatuh cinta sama loe"
pas dia bilang gitu aku hanya terbengong tak bisa ngomong.
Habibi pun mengulangi kata-kata nya "Riri Azhari gue cinta loe, gue pengen loe jadi pacar gue!!", dengan suara lantang setengah berteriak. Mendengar ucapannya serempak teman-teman yang menyaksikan menimpali "terima!! Terima!! Terima!!!". Siska menambahkan "Ri udah deh terima aja cepet terima!!". Mukaku memerah antara senang dan malu, menimpaku. Melihat Habibi berlutut di hadapanku sembari menyatakan perasaannya, tak tega juga bila menuai kecewa, akhirnya aku menganggukan kepalaku dengan perlahan dan berkata "dengan satu syarat", jawabku,
"Apa ry loe mau syarat apa? Gue pasti lakuin apapun mau loe", dengan nada penasaran ia menggerenyitkan dahi,
"aku mau kamu setia, jangan ulangin kesalahan kamu, selingkuh atau apakah itu."
"Baik ry, gue janji dan teman-teman sebagai saksinya, gue akan merubah itu, gue gak akan pernah ngulangin itu, jadi loe terima gak Ri?". dengan nada yang tegas dan meyakinkan.
"Iya, aku terima", sambil mengangguk dan menerima bunga darinya.
Tiba-tiba Habibi memelukku dengan diiringi meriah tepuk tangn teman-teman. Sementara aku masih tersipu malu, kaku membisu seolah tak percaya dengan ini semua. dengan berbisik "bi kamu ngapain ini berlebihan"
"Maaf, maaf ry.. Gue saking senengnya, karena akhirnya cinta gue loe terima, sekali lagi maaf Ri", sembari melepaskan pelukannya dengan wajah yang berseri-seri. Hubungan kami pun terus berlanjut bahagia meski kadang diselingi pertengkaran karena cemburu itu biasa, suka duka bersama, dan benar semenjak bersamaku dia penjaga setia, dia tepati janjinya, dan dia mengatakan "kamu merubah duniaku, sikapku dan kamu memperindah ketampanan hati ku. Ternyata benar kata kamu hasil tak kan menghianati prosesnya, segala perjuangan dalam proses penantian cintamu buat aku mengerti dan menghargai setiap perasaan dan kesetiaan dalam hubungan". Itu yang selalu teringat di benakku. +
Cerpen Karangan: Qolbi Lestari

Comments